Refleksi Kasus Seorang Advokat Melawan Kekuasaan Negara

Tulisan ini merupakan refleksi atas penerbitan ulang dokumen persidangan Yap Thiam Hien—salah satu advokat yang dikenal sebagai pembela hak asasi manusia. Momentum ini menjadi relevan karena profesi advokat kembali dihadapkan pada tantangan besar dalam relasinya dengan negara dan lembaga penegak hukum.

Pemikiran tentang hubungan advokat dan kekuasaan kehakiman juga dapat ditemukan dalam karya Luhut MP Pangaribuan lainnya, “Pengadilan, Hakim, dan Advokat” (2016). Sementara itu, buku David v. Goliath hadir pada saat pemerintah dan DPR sedang membahas RUU KUHAP, yang di dalamnya terdapat beberapa gagasan penting terkait penguatan kedudukan advokat dalam proses peradilan pidana. Salah satunya menyangkut posisi advokat ketika mendampingi klien yang diperiksa sebagai saksi dalam tahap penyidikan.

Di bagian epilog, Luhut bahkan mengajak pembaca untuk memikirkan arah masa depan organisasi advokat jika suatu saat UU Advokat mengalami revisi. Menurutnya, model ideal organisasi advokat ditentukan oleh kesepakatan seluruh pemangku kepentingan.

Untuk memahami konteks refleksi ini secara lebih utuh, pembaca bisa menelusuri perjalanan hidup Yap Thiam Hien melalui biografi karya Daniel S. Lev, “No Concessions: The Life of Yap Thiam Hien, Indonesian Human Rights Lawyer” (2011). Buku ini memperkaya perspektif tentang nilai-nilai officium nobile dan tanggung jawab moral seorang advokat.

Meski terdapat beberapa kekeliruan pengetikan dalam buku—misalnya perbedaan penyebutan tahun perkara Yap atau kelahiran UU Kekuasaan Kehakiman—kekurangan tersebut tidak mengurangi nilai penting dari upaya reflektif yang ingin dicapai.

Selamat membaca!
Ikuti juga kabar terbaru melalui Instagram Hukumonline Newsroom.

Sumber asli

Artikel Hukumonline:
“Refleksi Kasus Seorang Advokat Melawan Kekuasaan Negara”
Sumber: Hukumonline.com
https://www.hukumonline.com/berita/a/refleksi-kasus-seorang-advokat-melawan-kekuasaan-negara-lt68c4f1eaa8f7b/